Ambon, 10 Agustus 2025 – Fakultas Syariah UIN Abdul Muthalib Sangadji Ambon kembali melaksanakan kegiatan tahunan Praktikum Ibadah Jenazah setelah Ibadah Haji di hari yang sama. Kegiatan ini merupakan bagian dari kurikulum wajib yang bertujuan membekali mahasiswa dengan ilmu sekaligus praktik penyelenggaraan jenazah sesuai tuntunan syariat Islam.
Dalam pengantarnya, pemateri menekankan bahwa kematian adalah sebuah kepastian yang tidak mengenal usia maupun kondisi. Oleh karena itu, setiap Muslim harus memiliki pengetahuan tentang tata cara mengurus jenazah, mulai dari memandikan, mengafani, menyalatkan, hingga menguburkan.
“Kematian itu adalah sebuah kepastian. Bisa menimpa siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Karena itu persoalan jenazah wajib diketahui, terutama oleh mahasiswa Fakultas Syariah. Ini kewajiban fardhu kifayah, yang bila tidak ada yang melaksanakan, semua umat ikut berdosa” tegasnya.
Beliau menambahkan bahwa sering kali masyarakat masih ragu atau bahkan menolak ketika diminta menyolatkan jenazah, padahal tata cara shalat jenazah sangat sederhana, tanpa ruku’ dan sujud, cukup dengan empat kali takbir, membaca Al-Fatihah, shalawat, dan doa.
“Apa susahnya shalat jenazah? Empat kali takbir saja. Tapi banyak orang lebih memilih berdiri di luar masjid. Padahal ini kewajiban kita sebagai umat Islam” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, mahasiswa juga diingatkan bahwa sebagai calon sarjana syariah, mereka akan menjadi rujukan masyarakat dalam hal ibadah. Maka, pengetahuan ini tidak boleh hanya berhenti pada teori, melainkan harus dipraktikkan dengan benar.
“Nama lembaga dan institusi kita terbawa ke masyarakat. Kalau salah dalam praktik ibadah, bukan hanya pribadi, tapi institusi juga yang akan dipandang. Karena itu, praktikum ini sangat penting” pesannya
Setelah penyampaian materi, kegiatan dilanjutkan dengan praktik langsung. Mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok, laki-laki dan perempuan. Masing-masing kelompok didampingi Dosen. Proses praktik dimulai dari persiapan alat, tata cara memandikan jenazah, mengafani sesuai syariat, melaksanakan shalat jenazah, hingga tata cara penguburan.
Wakil Dekan I Fakultas Syariah turut memberikan arahan sekaligus memotivasi mahasiswa untuk mengikuti praktikum dengan serius.
“Ade-ade sekalian, mari kita geser kursi dan siapkan tempat. Silakan ditentukan siapa yang akan menjadi calon mayat untuk dipraktikkan. Praktikum ini penting agar kalian betul-betul memahami tata cara penyelenggaraan jenazah, bukan hanya teori” ujarnya.
Mereka mulai dari persiapan alat dan niat, lalu diperagakan tata cara memandikan jenazah dengan mengikuti adab serta urutan yang sesuai syariat.
Setelah itu, dilanjutkan dengan praktik mengafani jenazah, di mana mahasiswa belajar melipat dan membungkus kain kafan dengan benar, serta memahami hikmah di balik kesederhanaan kafan sebagai simbol persamaan manusia di hadapan Allah.
Peraga Jenazah setelah dikafani
Tahap berikutnya adalah shalat jenazah, dimulai dari niat hingga empat kali takbir, pembacaan Al-Fatihah, shalawat, doa khusus untuk jenazah, dan salam penutup. Pemateri kembali menegaskan bahwa shalat jenazah adalah ibadah fardhu kifayah yang wajib dipahami dan diamalkan, terutama oleh mahasiswa Fakultas Syariah sebagai calon rujukan masyarakat.
Simulasi terakhir adalah proses penguburan jenazah. Mahasiswa diajarkan tata cara memasukkan jenazah ke dalam liang lahat, memposisikan tubuh jenazah menghadap kiblat, serta doa-doa yang dianjurkan dibacakan ketika jenazah dikuburkan.
Kegiatan praktikum jenazah tersebut ditutup dengan pemberian makanan oleh panitia kepada seluruh peserta.
PEMATERI PRAKTIKUM IBADAH JENAZAH
